Sejarah Kota Palembang mencerminkan perjalanan panjang sebuah kota tua di Sumatera Selatan yang kaya akan nilai budaya dan sejarah. Dikenal sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, Palembang memiliki peran penting dalam perdagangan maritim dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Asal Usul Nama dan Letak Kota Palembang
Nama Palembang berasal dari gabungan kata “pa” (tempat) dan “lembang” (genangan air), menggambarkan kondisi geografisnya yang penuh rawa dan sungai, terutama Sungai Musi. Letaknya strategis membuat kota ini menjadi jalur perdagangan penting sejak abad ke-7.
Kejayaan Sriwijaya di Palembang
Pada abad ke-7 hingga 13 Masehi, Palembang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara. Prasasti Kedukan Bukit (683 M) menjadi bukti awal keberadaan Sriwijaya. Catatan dari pendeta Tiongkok I-Tsing juga menyebutkan bahwa Sriwijaya adalah pusat studi agama Buddha.
Sriwijaya menguasai Selat Malaka dan berkembang sebagai pelabuhan internasional yang disinggahi pedagang dari Tiongkok, India, hingga Timur Tengah.
Penurunan Sriwijaya dan Masa Kolonial
Setelah mengalami kemunduran karena serangan dari Kerajaan Chola dan munculnya kekuatan baru seperti Majapahit, Palembang akhirnya berubah menjadi Kesultanan Islam pada abad ke-17. Pada 1821, Belanda menghapus Kesultanan Palembang dan menjadikannya bagian dari koloni Hindia Belanda.
Palembang dalam Era Kemerdekaan Indonesia
Setelah proklamasi 1945, Palembang memainkan peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satu peristiwa penting adalah Pertempuran Lima Hari Lima Malam pada Januari 1947 melawan tentara Belanda.
Perkembangan Modern Kota Palembang
Kini, Palembang tumbuh sebagai kota metropolitan modern. Infrastruktur seperti Jembatan Ampera, LRT Palembang, dan berbagai gedung pemerintahan menandakan kemajuan kota ini. Budaya seperti pempek, rumah limas, dan festival Sungai Musi menjadi daya tarik wisata utama.